• Dinamika Perjuangan Akademik Mahasiswa (Part 1...)

    Ya...sesuai judulnya, kali ini saya ingin menulis tentang bagaimana pemikiran beberapa mahasiswa terhadap perjuangannya semasa kuliah. Tentunya hasil tulisan ini berdasarkan pemikiran saya terhadap lingkungan kampus saya di Jurusan Teknik Fisika UGM. Dan karena sampel yang saya ambil untuk melakukan pengamatan ini memenuhi syarat sampling suatu data (wew...), jadi tulisan ini saya anggap bisa mewakili dinamika mahasiswa di seluruh Fakultas Teknik, UGM, atau bahkan di Indonesia dan dunia ini.

    Walaupun saya sendiri masih mahasiswa, tapi dalam tulisan ini saya akan memposisikan diri sebagai seorang observer yang tidak terlibat di dalamnya (tapi tetep ngerasa... +.+ )

    Harapannya sih tulisan saya ini bisa memotivasi atau membuka jalan pikiran temen-temen mahasiswa seperjuangan saya atau bahkan para calon mahasiswa hoho...



    Setelah menempuh masa 12 tahun Wajib Belajar mulai dari SD hingga SMA, hampir dari kita semua tentu ingin melanjutkan masa studi kita ke jenjang yang lebih tinggi dan bergengsi, yaitu masa perkuliahan ; menjadi seorang mahasiswa/mahasiswi. Tujuan kita menuju ke jenjang perkuliahan pun beragam, yaitu bertujuan untuk :

    1. Menuntut ilmu secara lebih mendalam,
    2. Mengisi waktu luang (yang ini udah sukses nih kayaknya...),
    3. Sebagai batu loncatan untuk menuju kehidupan yang lebih baik (bener-bener peduli masa depan dah hoho...),
    4. Menarget ijazah S1 agar lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan,
    5. Tuntutan orang tua . Bahkan di jaman sekarang gini masih ada?? Ya...kita semua tau itu. Dan saya jamin pasti ada.... Tuntutan orang tua pun beragam. Ada yg ingin agar anaknya sukses di masa depan "secara paksa" dan ada pula yg ingin anaknya menjadi interface gengsi keluarganya,
    6. Sekedar gengsi - gengsian dengan teman seperjuangan mereka, baik di lingkungan sekolah maupun rumah (nah...kalo yang ini pemikirannya pendek alias belum 'siap' dewasa...). Salah satu temen saya di fakultas teknik pernah saya tanya, alasan dia milih jurusan xxx, dia jawab : "cuma sekedar coba-coba kok...lagian bisa dibilang keren nih sama temen-temenku, sekedar iseng aja bisa keterima di UGM, gimana kalo serius... ya nggak? hahaha...". Miris saya dengernya gan...
    7. Menjadikan status "mahasiswa" sebagai batu loncatan mendapatkan beasiswa - beasiswa yang tersebar di seluruh pelosok dunia ini (wow...),
    8. Bagi mahasiswi, ada yang sekedar mengisi waktu luang sebelum waktunya tiba untuk dilamar oleh sang pangeran :-D
    dan masih banyak lagi alasan - alasan lain yang mungkin tidak terpikirkan oleh saya atau bahkan bakal lebih "aneh" dari di atas hehe...




    Nah, di judul saya tuliskan "perjuangan akademik" mahasiswa, hal ini berarti saya akan membahas mengenai dinamika dari segi akademisnya saja, sedangkan di luar itu...ya coba dipikirkan sendiri dulu deh...
    Masih banyak mahasiswa yang kini belum menyadari, bahwa posisi mereka saat ini sudah berada di "ujung tanduk" perjuangan untuk menghadapi "dunia luar" yang liar. Di awal mereka memasuki masa perkuliahan, tentu yang mereka pikirkan masih berupa mata pelajaran/kuliah yang harus mereka hadapi dengan baik. Hal ini wajar karena masih ada sisa-sisa pola pikir mereka di jaman SMA, yang menurut saya pola pikir yang seperti itu adalah sebuah kesalahan besar dalam berinvestasi, yang akan bertanggung jawab atas nasib mereka di masa depan. Mereka yang kurang persiapan serta pemikiran yang belum matang dalam menjalani masa kuliah, tentu hanya akan sekedar menjalani kuliah dan menerapkan prinsip "let it flow and I'll reveal myself". Kebanyakan mereka yang kehidupannya kelak bergantung pada perkuliahan ini kurang menyadari, bahwa kehidupan semasa perkuliahan yang dijalani saat ini akan mempengaruhi nasib mereka yang sebentar lagi akan datang menjemput.



    Bagi sebagian lain mahasiswa yang memiliki persiapan matang dalam menjalani masa kuliah, tentu mereka akan memiliki gambaran dan ideologi tersendiri dalam menjalaninya. Namun yang dapat dijadikan pertanyaan dasar untuk para mahasiswa adalah : "Untuk apa anda kuliah?dan untuk apa nilai yang anda dapatkan?"

    Sebelum dilanjutkan, mari saya persempit lagi daerahnya di tempat saya kuliah, yaitu Jurusan Teknik Fisika UGM.

    (nyampah dikit hehe... ini foto Kunjungan Industri JTF UGM di PT Sinar Sosro, Ungaran)

    Di Indonesia (bahkan dunia), kegiatan utama sehari-hari di kampus tentu saja adalah kegiatan akademis berupa kegiatan belajar mengajar. Ada yang berupa kegiatan tatap muka di kelas antara dosen dengan mahasiswa, diskusi kelompok, praktikum, dsb. Sebenarnya hingga saat ini saya masih ragu (bahkan mungkin dengan diri saya sendiri), jika mereka, dengan seluruh kesadaran mereka bahwa mereka "rela" untuk menjalani kehidupan perkuliahan, apakah mereka sadar bahwa mereka adalah mahasiswa yang sudah kurang (bahkan tidak) cocok untuk menerapkan metode "baca-catat-hapalkan-tuangkan di kertas ujian", karena yang namanya air di dalam gelas kalau dituangkan ke dalam ember tentu saja air di gelas itu akan berkurang dan akhirnya habis. Begitu pula dengan "tuangkan di kertas ujian" pada metode yang disebut tadi, jika hanya kita tuangkan di kertas ujian, yang terjadi malah ilmu yang sudah kita dapat dengan apapun itu caranya, tentu saja akan tumpah di kertas ujian itu dan tidak ada yang tersisa di dalam otak kita alias 'dilupakan'. Yang ada malah kita bikin pinter kertas ujiannya  (- . - ")

    Bersinggungan dengan fenomena itu, tentu hal menarik selanjutnya adalah output dari perjuangan akademik mahasiswa dalam menempuh mata kuliah, yaitu nilai. Sebenarnya, apa saja yang dipikirkan para mahasiswa tentang nilai, dan seberapa powerful-kah nilai itu bagi mereka?? Hal - hal yang saya dapatkan di jurusan saya tentu saja lumrah terjadi dimana-dimana, walaupun itu membuat saya sedikit tercengang.

    Beberapa teman saya ada yang beranggapan bahwa tanpa nilai yang kita dapat, kita tidak akan ada apa-apanya jika sudah lulus nanti. Ya, mungkin saya cukup setuju dengan pemikiran yang seperti ini. Tanpa nilai bagus yang tertera di dalam transkrip ijazah kita nanti, apalah arti perjuangan kita untuk kuliah. Tapi dalam kasus seperti ini, tentu yang menjadi pemikiran utama dari mahasiswa ini adalah untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Di samping itu, tentu ada yang memiliki alasan yang cukup "aneh" buat saya, yaitu agar mendapat predikat cumlaude, agar lulus dengan nilai-nilai yang sesuai keinginan mereka, atau mungkin kembali lagi ke tuntutan orang tua. Semua yang mereka lakukan selama kuliah adalah demi nilai, nilai, dan nilai. Tidak adakah dari mereka yang berpikiran untuk mendapatkan keahlian di subyek yang telah mereka pelajari, dan nilai yang mereka dapatkan adalah representasinya?
    Sebenernya saya yakin ada sih... tapi jujur, yang saya temukan perbandingannya masih lebih rendah daripada yang tadi, sekitar 1 : 15. Perbandingan ini saya dapatkan dari pengamatan saya di angkatan saya sendiri...

    Hampir seluruh jurusan atau fakultas yang terdapat di suatu universitas tentu memiliki jalur konsentrasi sendiri - sendiri. Contohnya di jurusan saya, Teknik Fisika. JTF ini memiliki 2 program studi, yaitu Teknik Nuklir dan Fisika Teknik. Karena saya dari prodi Teknik Nuklir, maka saya lebih paham kurikulum TN daripada Fistek hehe... Di TN saat ini terdapat 2 jalur konsentrasi, yaitu konsentrasi Teknologi Energi Nuklir (TEN) dan konsentrasi Fisika Medik (Fismed). Hal ini tentu disediakan untuk digunakan sebagai wadah para mahasiswa (dengan segala kesadarannya) untuk memilih sendiri subyek apa yang ingin mereka kuasai, atau dengan kata lain mata kuliah yang kita pelajari akan menjadi lebih terfokus. Bisa dikatakan bahwa berkat pengadaan jalur konsentrasi inilah maka masa depan kita akan lebih terarah.

    Namun, pemikiran apakah yang ada di benak mahasiswa ketika memilih jalur?


    Mari kita berlanjut ke : Part 2...
  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment